Emulsi

PENDAHULUAN

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen.

Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain yaitu pembuatan es krim, sabun, deterjen, dll.

DEFINISI EMULSI

Emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersi berupa fase cair dan media  pendispersinya berupa zat padat, cair, atau gas. Dispersi ini bersifat tidak stabil membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak. Untuk mencampur kedua fase dibutuhkan zat pengemulsi ( emulgator )  yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil.

KEUNTUNGAN EMULSI

  1. Meningkatkan bioavailabilitas obat
  2. Cocok untuk zat aktif yang mudah terhidrolisis dan teroksidasi
  3. Menutupi rasa yang tidak enak

TIPE EMULSI

  1. Emulsi O/W (Minyak-Air). Bersifat mudah dibersihkan (washable),
  2. Emulsi W/O (Air-Minyak)

METODE MENENTUKAN TIPE EMULSI

Uji

Observasi

Keterangan

Dilution Test Dengan fase eksternal Hanya untuk emulsi cair saja
Dye Test Water-soluble hanya mewarnai emulsi O/W saja. Gagal jika menggunakan emulsifier ionik
CoCl2 / Kertas Saring Kertas saring + CoCl2 biru akan berubah menjadi pink jika digunakan pada emulsi O/W Gagal jika emulsi pecah
Fluoresen Emulsi W/O akan berfluoresen Tidak selalu dapat diaplikasikan
Conductivity Emulsi O/W menghantarkan listrik Gagal jika menggunakan emulsifier ionik

 

INVERSI EMULSI

Inversi emulsi yaitu perubahan tipe emulsi (emulsi O/W menjadi W/O dan sebaliknya). Inversi terjadi jika fase terdispers lebih dari 74% dibanding fase pendispers atau terjadi perubahan temperatur penyimpanan. Sehingga untuk membentuk emulsi yang stabil dibutuhkan zat tambahan yang disebut Emulsifier.

Emulsi dikatakan stabil jika :

  1. Tidak ada perubahan ukuran partikel
  2. Memiliki aliran tiksotropik
  3. Tidak terjadi perubahan fisik (bau,warna, dll)

KLASIFIKASI EMULSIFIER

  1. Surfaktan sintetis (anionik, kationik, non-ionik)
  2. Emulsifier natural (lanolin, beeswax, lecithin, akasia)
  3. Basis absorpsi
  4. Solid terdispersi halus

Emulsifier yang biasanya digunakan di Industri Farmasi yaitu :

  1. Tween 40 dan Span 80
  2. Na. Stearat dan Kolesterol
  3. Na. Lauril Sulfat dan Gliseril Monostearat
  4. Tragakan dan Span

Untuk menseleksi emulsifier digunakan metode perhitungan HLB

HLB (Hidrophyl-Lipophyl Balance)

HLB merupakan karakteristik surfaktan yang menunjukkan keseimbangan antara hidrofil dan lipofil. Jika surfaktan dimasukkan kedalam emulsi W/O, maka gugus hidrofil akan ke fase air sedang gugus lipofil akan ke fase minyak (HLB besar artinya surfaktan bersifat hidrofil, HLB kecil artinya surfaktan bersifat lipofil)

PERHITUNGAN HLB

R/         Minyak              20%     (HLB = 7)

Emulgator         3%

Aquadest  ad     100%

HLB yang digunakan yaitu Tween 80 (HLB = 16), dan Span 80 (HLB = 4,3)

Misal, Tween 80 = X maka Span 80 = 3 – X

Jadi      16X + 4,3 (3 – X) = 7 . 3

= 0,76

Maka Tween 80 = 0,76 dan Span 80 = 2,24

FORMULASI SEDIAAN EMULSI

Formulasi Emulsi Oral

Formulasi Emulsi Topikal

Formulasi Emulsi Parenteral

Zat aktif Zat aktif Zat aktif
Pembawa (Air-Minyak) Pembawa (Air-Minyak) Pembawa (Air-Minyak)
Emulgator Emulgator Emulgator
Pengawet Pengawet Pengawet
Antioksidan Antioksidan Antioksidan
Sweetener Emolient
Flavouring Pewangi
Coloring Coloring